WARTA SUNDA ONLINÉ

BENTANG TAMU

Kedubes Oslo Ngaresmikeun Réstoran Indonésia "Boboko" di Oslo, Norwégia

Duta Besar Indonésia pikeun Norwégia, Teuku Faizasyah, sacara resmi muka réstoran Indonésia anu disebut "Boboko" di Désa VIA, sala...

CAMPALA MEDAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb. Sampurasun. Pamaos Baraya Warta Sunda. Dogdog tinggal igeul Artinya : banyak bicara (dalam pekerjaan), tapi tidak melaksanakan apa - apa). Cag. Bhaktos pun Anto Sukanto.

Mitra Medar : Menyatukan èsènsi dalam Pro dan Kontra Hajat Adat Ruwat Bumi



Oleh : Ratna Ning

RUWAT Bumi.. salah satu acara adat masyarakat suku sunda yang keberadaannya masih tetap dilestarikan di sebagian besar perkampungan suku sunda hingga sekarang ini. Upacara adat ini diadakan setiap tahun, sebagian besar diselenggarakan pada bulan Mulud. Atau menyambut hujan dan memulai masa bercocok tanam atau setelah panen.
     Ruwat bumi pada pengertiannya adalah cara masyarakat sunda pada jaman dahulu untuk bersyukur atas nikmat yang dihasilkan dari mata pencaharian mereka yang sebagian besar bercocok tanam.  Cara mereka bersyukur ini dengan mengadakan hajat adat sekampung yang ditandai dengan menggantungkan hasil hasil bumi seperti Padi, palawija, umbi-umbian dan buah buahan, upacara potong kambing serta diakhiri dengan pertunjukkan seni buhun wayang kulit.
     Padi yang diikat, kelapa, singkong, ubi jalar, kacang panjang, pare, pepaya, Mangga dan hasil bumi lain yang dihasilkan atau yang dimiliki. Arti kata lain, mereka mengunjukkan apa yang ada dan mereka tanam untuk kemudian bisa bertukar atau berbagi dengan yang lainnya. Karena pada akhir acara, semua yang dipamerkan di depan rumah masing masing itu akan diambil oleh yang lainnya. Sudah menjadi adat kebiasaan jika seikat Padi, kelapa, Ubi jalar, ketupat ( tangtang angin), leupeut (lontong) adalah sajian wajib yang akan ada pada setiap persembahan.
     Pada perkembangannya kemudian, yang dipamerkan bukan hanya hasil bumi, tapi sudah melebar pada produksi hasil bumi dan barang pasar. Berbagai jajanan hingga sabun, telur, bahkan uang ramai ramai digantungkan.
     Selain menggantungkan hasil bumi di masing masing gapura/pintu pagar rumah, ruwatan bumi biasanya akan diwarnai dengan iring iringan dongdang yang juga berisi hasil bumi beserta iring iringan sajian hiburan adat seperti genjring bonyok atau gembyung yang diarak keliling kampung. Arak arakan itu berkeliling untuk kemudian berakhir di satu titik untuk diadakan acara adat yang dipimpin oleh Tetua adat. Pada perkembanganya ini dilakukan bersama sama dengan ulama setempat dan tetua adat.

Bersambung....




Subscribe to receive free email updates: