WARTA SUNDA ONLINÉ

BENTANG TAMU

Kedubes Oslo Ngaresmikeun Réstoran Indonésia "Boboko" di Oslo, Norwégia

Duta Besar Indonésia pikeun Norwégia, Teuku Faizasyah, sacara resmi muka réstoran Indonésia anu disebut "Boboko" di Désa VIA, sala...

CAMPALA MEDAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb. Sampurasun. Pamaos Baraya Warta Sunda. Dogdog tinggal igeul Artinya : banyak bicara (dalam pekerjaan), tapi tidak melaksanakan apa - apa). Cag. Bhaktos pun Anto Sukanto.

Mitra Medar : Menyatukan èsènsi dalam Pro dan Kontra Hajat Adat Ruwat Bumi Bag.3

Oleh : Ratna Ning

Adat budaya memang sarat dengan ajaran luhur orang orang terdahulu  dinyatakan dalam berucap dan bertindak dan disampaikan dalam simbol atau siloka. Hal ini yang kemudian sering menjadi kontroversi hingga di sebagian tempat adat budaya itu pelan pelan menghilang atau digantikan. Padahal ada pakem yang jadi ciri khas dan justru menjadi keunikan dari budaya tersebut.
     Misalnya : Ruwatan bumi  identik dengan tanggapan wayang kulit. Ini adalah pakem yang dibuat oleh orang orang dulu dan mempunyai arti serta tujuan tersendiri. Bagaimana halnya jika tanggapan itu diganti dengan acara Tarling atau Panggung Gembira dari TV swasta?
     Budaya lainnya seperti Sisinggaan. Sisingaan yang dibuat dari Singa (buatan) yang ditandu oleh empat orang, mempunyai simbol dan arti tersendiri. Tapi pada perkembangannya Sisingaan ini diganti oleh burung bahkan ular naga. Inilah pergeseran nilai budaya yang pelan pelan akan menjadikan seni gotong singa itu hanya pinjam nama saja. Numpang tenar dari budaya asal. Padahal yang digotong itu burung burungan atau ular naga ular nagaan. Tapi tak jadi disebut buburungan.
     "Adat budaya itu adalah cara orang tua kita memelihara alam. Menjaga kebersihan dan kelestarian alam. Bagaimana caranya agar gunung gunung tetap hijau, air air tetap mengalir dan tanah tanah tetap subur dan terjaga. Perayaan upacara adat ini diadakan untuk menjaga dan mengingatkan kita pada kelestarian alam. Orang yang memghargai adat adalah yang selalu menjaga kebersihan lingkungannya..."
     Kang Dedi Mulyadi dalam sambutan di Festival ruwat jagat kemarin.
     Jika pada akhirnya paparan saya ini menjalar ke berbagai topik, hanya sebagai pembanding saja bahwa tidak ada yang salah dalam acara acara adat dan budaya buhun yang digelar. Tergantung kita bisa lebih bijak dalam mengartikan dan kemudian berangkat dengan niat. Maka jangan ragu untuk selalu menjaga adat istiadat dan budaya yang kita miliki. Karna itu adalah kekayaan kearifan lokal agar  tak hilang ciri/jati diri.

Tamat.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mitra Medar : Menyatukan èsènsi dalam Pro dan Kontra Hajat Adat Ruwat Bumi Bag.3"

Posting Komentar