Mitra Medar : Menyatukan èsènsi dalam Pro dan Kontra Hajat Adat Ruwat Bumi Bag.3
Oleh : Ratna Ning
Adat budaya memang sarat dengan ajaran luhur orang orang terdahulu dinyatakan dalam berucap dan bertindak dan disampaikan dalam simbol atau siloka. Hal ini yang kemudian sering menjadi kontroversi hingga di sebagian tempat adat budaya itu pelan pelan menghilang atau digantikan. Padahal ada pakem yang jadi ciri khas dan justru menjadi keunikan dari budaya tersebut.
Misalnya : Ruwatan bumi identik dengan tanggapan wayang kulit. Ini adalah pakem yang dibuat oleh orang orang dulu dan mempunyai arti serta tujuan tersendiri. Bagaimana halnya jika tanggapan itu diganti dengan acara Tarling atau Panggung Gembira dari TV swasta?
Budaya lainnya seperti Sisinggaan. Sisingaan yang dibuat dari Singa (buatan) yang ditandu oleh empat orang, mempunyai simbol dan arti tersendiri. Tapi pada perkembangannya Sisingaan ini diganti oleh burung bahkan ular naga. Inilah pergeseran nilai budaya yang pelan pelan akan menjadikan seni gotong singa itu hanya pinjam nama saja. Numpang tenar dari budaya asal. Padahal yang digotong itu burung burungan atau ular naga ular nagaan. Tapi tak jadi disebut buburungan.
"Adat budaya itu adalah cara orang tua kita memelihara alam. Menjaga kebersihan dan kelestarian alam. Bagaimana caranya agar gunung gunung tetap hijau, air air tetap mengalir dan tanah tanah tetap subur dan terjaga. Perayaan upacara adat ini diadakan untuk menjaga dan mengingatkan kita pada kelestarian alam. Orang yang memghargai adat adalah yang selalu menjaga kebersihan lingkungannya..."
Kang Dedi Mulyadi dalam sambutan di Festival ruwat jagat kemarin.
Jika pada akhirnya paparan saya ini menjalar ke berbagai topik, hanya sebagai pembanding saja bahwa tidak ada yang salah dalam acara acara adat dan budaya buhun yang digelar. Tergantung kita bisa lebih bijak dalam mengartikan dan kemudian berangkat dengan niat. Maka jangan ragu untuk selalu menjaga adat istiadat dan budaya yang kita miliki. Karna itu adalah kekayaan kearifan lokal agar tak hilang ciri/jati diri.
Tamat.
Adat budaya memang sarat dengan ajaran luhur orang orang terdahulu dinyatakan dalam berucap dan bertindak dan disampaikan dalam simbol atau siloka. Hal ini yang kemudian sering menjadi kontroversi hingga di sebagian tempat adat budaya itu pelan pelan menghilang atau digantikan. Padahal ada pakem yang jadi ciri khas dan justru menjadi keunikan dari budaya tersebut.
Misalnya : Ruwatan bumi identik dengan tanggapan wayang kulit. Ini adalah pakem yang dibuat oleh orang orang dulu dan mempunyai arti serta tujuan tersendiri. Bagaimana halnya jika tanggapan itu diganti dengan acara Tarling atau Panggung Gembira dari TV swasta?
Budaya lainnya seperti Sisinggaan. Sisingaan yang dibuat dari Singa (buatan) yang ditandu oleh empat orang, mempunyai simbol dan arti tersendiri. Tapi pada perkembangannya Sisingaan ini diganti oleh burung bahkan ular naga. Inilah pergeseran nilai budaya yang pelan pelan akan menjadikan seni gotong singa itu hanya pinjam nama saja. Numpang tenar dari budaya asal. Padahal yang digotong itu burung burungan atau ular naga ular nagaan. Tapi tak jadi disebut buburungan.
"Adat budaya itu adalah cara orang tua kita memelihara alam. Menjaga kebersihan dan kelestarian alam. Bagaimana caranya agar gunung gunung tetap hijau, air air tetap mengalir dan tanah tanah tetap subur dan terjaga. Perayaan upacara adat ini diadakan untuk menjaga dan mengingatkan kita pada kelestarian alam. Orang yang memghargai adat adalah yang selalu menjaga kebersihan lingkungannya..."
Kang Dedi Mulyadi dalam sambutan di Festival ruwat jagat kemarin.
Jika pada akhirnya paparan saya ini menjalar ke berbagai topik, hanya sebagai pembanding saja bahwa tidak ada yang salah dalam acara acara adat dan budaya buhun yang digelar. Tergantung kita bisa lebih bijak dalam mengartikan dan kemudian berangkat dengan niat. Maka jangan ragu untuk selalu menjaga adat istiadat dan budaya yang kita miliki. Karna itu adalah kekayaan kearifan lokal agar tak hilang ciri/jati diri.
Tamat.
0 Response to "Mitra Medar : Menyatukan èsènsi dalam Pro dan Kontra Hajat Adat Ruwat Bumi Bag.3"
Posting Komentar